[Ficlet] Oh, Hi!

joanna-kosinska-559792-unsplash

Casts Felix Lee [Stray Kids], Seo Changbin [Stray Kids], Hayden Kwon [OC], Son Hayi [OC] Genre Friendship Length Ficlet Rating PG-15

© 2018, nightingaleofthemoon

Picture credit: Photo by Joanna Kosinska on Unsplash

.

“Aku tidak suka lagu ini.”

Felix sedang terlalu fokus pada hal lain ketimbang mendengarkan komentar tanpa solusi yang terlontar dari mulut Hayden—untung saja, karena jika Felix menyadari sahabatnya itu sedari tadi hanya mengemukakan pendapat yang lahir dari selera pribadinya sembari mengekori, gadis itu akan berakhir pulang sendiri. Meskipun tidak suka pulang sendiri, gadis itu ternyata mengambil risiko. Baru saja ia kembali mengomentari bahwa mereka salah masuk pusat perbelanjaan. Jaket denim yang Felix incar tidak mungkin dijual di sini, dan tempat ini tidak punya banyak pilihan restoran.

“Kita kemari bukan untuk makan, tapi untuk mencari jaket denim yang kumau,” tandas Felix kala ia menyadari bahwa mereka akan mulai menjadi pusat perhatian dengan semua keluh-kesah sahabatnya. “Lagi pula kuperhatikan kok kau komentar terus?”

“Aku mau banana split,” Hayden menolak kalah. “Dan sudah kubilang kita salah masuk mal. Distronya tidak ada di sini.”

“Masa?” Felix menyahut, seakan baru kali inilah Hayden mengucapkannya. “Tidak ada cabangnya?” Hayden menggeleng sambil merengut. “Lalu kenapa kau tidak seret aku ke luar?”

“Kau mau kuseret ke luar, secara harfiah?” Hayden menantang. Felix memutar bola matanya dan melangkah lagi, meninggalkan sahabatnya sendirian. Tidak tahu akan ke mana, Hayden kembali mengekorinya. Kali ini Felix menapakkan kaki ke dalam distro yang berbeda, berharap jaket denim itu dijual di sana.

Notifikasi Hayden tepat, tidak ada jaket serupa yang dijual di sana. Merasa putus asa, ia melenggang tak tentu arah, hingga akhirnya temannya itu membawanya ke gerai es krim. Sebelum Felix sempat membuka mulut dan membatalkan pesanan, dua mangkuk banana split sudah terhidang tepat di depan hidungnya.

“Aku tidak mau es krim. Aku mau jaket itu,” ia merengut. Hayden menyendok banana split-nya dengan nikmat, tidak lagi peduli pada urusan jaket denim idaman sahabatnya. Bagi Hayden, tidak ada acara ke mal tanpa makan es krim, yang mana sebenarnya itulah yang menyebabkan dirinya lupa memperingatkan Felix bahwa di tempat ini tidak ada distro yang dimaksud. Gadis itu menepis rasa bersalah yang mampir, lalu menunjuk porsi es krim milik Felix, bertanya kalau-kalau pemuda itu tidak mau memakannya. Yang ditanya, bagaimanapun, tidak bisa menolak seporsi besar banana split.

“Harus jaket yang merek itu? Tidak bisa cari denim yang lain?” Hayden melontarkan pertanyaan usai menyesap es krim yang meleleh di antara lidah dan langit-langit mulutnya.

“Iya, harus yang itu. Ah sudahlah, kapan-kapan saja. Aku sudah telanjur sebal. Aku tidak akan bilang aku menyalahkanmu tapi itulah yang memang akan kubilang.”

“Oke, maaf. Banana split-nya benar-benar tidak akan kaumakan?”

Felix mendelik. “Tentu saja akan kumakan—OH, TIDAK.”

Sendok es krim yang semula berada di tangan Felix tiba-tiba jatuh ke meja, menimbulkan denting halus. Pemuda itu menghabiskan satu detik berdecak, satu detik panik, dan detik berikutnya ia memasang pose kelewat kasual yang justru terlihat berlebihan.

“Apa?”

“Ada Son Hayi—JANGAN MENOLEH—arah jam tiga—KUBILANG JANGAN MENOLEH!” Felix mendesis dalam bisikan-bisikan panik sambil melindungi sisi tertentu wajahnya agar tidak terlihat oleh seorang gadis di seberang sana.

“Oh iya, iya, kelihatan! O-oh ….”

“Apa?”

“Dia sekarang pacaran dengan seniorku di klub tenis.”

“Seo Changbin?”

“Iya.”

“Bukannya kau naksir Seo Changbin?”

“Aku tidak naksir Seo Changbin, Felix, jangan menebar hoax.”

Hayden bisa saja bilang begitu. Tapi Felix mengenalnya lebih lama dari siapa pun dan ia tahu segala perubahan perilaku sahabatnya itu tiap kali menyukai seseorang. Seo Changbin memenuhi segala kriteria favorit Hayden. Ia keren, bintang lapangan tenis, pakai anting, dan punya selera pakaian yang keren.

“Akui saja, kau patah hati.” Felix memakan potongan pisang di es krimnya sambil tersenyum geli.

“Tidak sebelum kau mengakui bahwa kau patah hati.” Hayden mengangkat sebelah alisnya.

“Patah hati pada siapa? Son Hayi? Hah, kami sudah selesai.”

“Lalu kenapa kau bersembunyi darinya?”

“Aku tidak mau dia melihatku lalu naksir aku lagi. Itu saja.”

“Dan kau berharap aku percaya omong kosong itu, wah, hebat sekali, Felix Lee. Tapi … tidak cukup hebat. SON HAYI! HALOOO!”

Felix melompat panik dan sebelum ia menyadarinya, pemuda itu sudah berada di bawah meja kafe. Ia meringis kesakitan lantaran kepalanya terantuk.

Hayi dan Changbin melambai pada mereka lalu menghampiri. Matanya menangkap keberadaan Felix yang membungkuk di bawah meja lalu memanggilnya. Pemuda itu berusaha bangkit dan kembali ke bangku, lalu mengkamuflase bahwa ia tadi sedang mencari kartu game center-nya yang mungkin jatuh di sekitar sana.

“Oh, ternyata ada di dompetku. Oh, hai, kalian berdua. Maksudku, kau, Kak Changbin, berdua ya kan. Kami juga berdua, nih.” Hanya itu yang melintas di kepalanya dan itu masih lebih baik daripada diam saja menyaksikan mantan pacarnya bersama pemuda lain.

“Jadi sekarang kalian menambah daftar pasangan di sekolah, nih? Selamat, lho!”

Felix mengernyit ke arah Hayden. Jika gadis ini sedang berpura-pura tidak patah hati, maka ia sungguh aktris yang hebat. Senyumnya normal, tidak terlalu lebar dan tidak terlihat terlalu senang atau terlalu sedih. Felix harus belajar banyak darinya soal menjaga harga diri di depan mantan.

“Oh? Oh, bukan! Aku dan Changbin ini sepupu. Ibuku adik dari ayahnya.” Hayi terkekeh usai mengklarifikasi. “Dan aku tidak menyangka kalian di sini.”

“Yah, Felix sedang berjibaku mencari barang yang tidak ada,” Hayden mencerocos tanpa merasa bersalah sedikit pun, tapi Felix terlalu lega pada fakta bahwa Hayi dan Changbin bukan pasangan.

Ada jeda canggung yang menyeruak, tapi Changbin lantas membuka konversasi. “Kemarin aku nonton permainan tenismu. Kau hebat. Lain kali kita bisa satu lawan satu.”

Hayden mengacungkan jempol ke arahnya. Lalu ketika menyadari bahwa Felix menghindari tatapannya, Hayi tersenyum. “Kau mau makan siang bersama besok?”

Tidak ada yang menjawab.

“Felix?”

“O-oh? Kau bicara denganku, maaf. Tentu saja aku mau. Aku ke kelasmu seperti biasa?”

Hayi mengangguk senang. Keduanya berpamitan dan melenggang pergi, meninggalkan Felix dan Hayden yang lantas saling pandang, lalu tersenyum satu sama lain. Mendadak Felix lupa pada jaket denim incarannya.

“Seo Changbin suka padamu,” ujar Felix.

“Son Hayi belum bisa melupakanmu. Jadi aku dimaafkan?” tanya gadis itu.

“Kau dimaafkan.”

FIN.

2 pemikiran pada “[Ficlet] Oh, Hi!

  1. Gila aku udah lama banget ga baca fanfiction di blog. Dannn sesuai ekspektasi~~~
    1. Ini idenya sederhana banget, dan aku bengong sendiri… ya ampun ya ampun ini tuh sederhana tapi KEREN!!!
    2. Alurnya jugaaa. Aku gak nyangka ceritanya bakal dibawa kemana.
    3. Pemilihan katanya juga pas banget

    Oke aku kepanjangan nih cuap-cuapnya.
    Aku lagi kekurangan stok bacaan dan jenuh baca yang temanya ‘itu-itu aja’
    Semangat Nulisnyaaa!!!!👍😉

    Suka

    • Halo, Rezukinan, saya senang kalau tulisan saya sesuai ekspektasi pembaca, hehehe. Terima kasih sudah membaca fanfiksi ini ya ^^

      Suka

Tinggalkan komentar