[Ficlet] Anxiety

Anxiety

starring Hwang Hyunjin x Bae Jihyun (OC) mentioned! Choi Bomin (Golden Child)

Friendship, Romance, Fluff || Rate : T || Length: Ficlet

I just own the plot & story

.

babyneukdae_61 storyline

Kau membuatku khawatir, Ji.

Deru mesin sepeda motor sport Hyunjin yang melaju kencang di jalan raya mewarnai hiruk pikuk kota Seoul sore itu. Sorot mata pemuda Hwang itu begitu cemas. Sesekali ia melirik ke belakang, melihat keadaan Jihyun.

Gadis itu menyandarkan kepalanya di atas punggung Hyunjin, tangannya memeluk pinggang Hyunjin erat. Hyunjin menghela nafas, lantas ia menggenggam dan mengusap pelan tangan Jihyun dengan ibu jarinya.

“Ji, bagaimana bisa kau jadi begini?” gumam Hyunjin pelan dan penuh kecemasan.

“Jihyun, sebentar lagi kita sampai, oke?” ujar Hyunjin cemas kepada Jihyun, dibalas dengan anggukan pelan oleh gadis Bae itu.

“Just hold me tighter, Jihyun. Aku akan mengebut agar kita cepat sampai. Tutuplah matamu jika kau takut, Ji,” lanjut Hyunjin, lantas ia memegang tangan Jihyun, memberi isyarat bagi Jihyun untuk mengeratkan pelukannya pada pinggang Hyunjin. Pemuda Hwang itu meningkatkan kecepatan motornya.

[][][]

Hyunjin memperhatikan tumpukan buku di atas meja belajar Jihyun, lantas beralih mengamati Jihyun yang baru saja berbaring di ranjangnya. Hyunjin menghela nafas.

“Kau tahu aku sakit dari Bomin, kan?” tanya Jihyun.

“Lantas dari siapa lagi, Ji? Kau pasti memaksakan dirimu lagi, kan?” ujar Hyunjin dengan nada yang penuh curiga.

Jihyun tertawa kikuk. “Olimpiade Fisika tinggal empat hari lagi, Jin. Kalau aku tidak belajar, bagaimana bisa aku mengerjakan soal olimpiade?”

Hyunjin meraih sebuah kursi lantas ia gunakan untuk duduk di sisi ranjang Jihyun.

“Undurkan dirimu dari olimpiade itu, Ji. Aku tidak mau kau sakit lagi seperti ini,” ujar Hyunjin tegas. Jihyun malah menjitak kepala Hyunjin.

“Enak saja, aku sudah mempersiapkan semuanya jauh-jauh hari. Bagaimana bisa kau seenaknya menyuruhku mengundurkan diri?” omel Jihyun.

“Eh, kau mau sakit lagi, Ji?”

“Hei, aku tidak apa-apa, Jin! Ini hanya sakit biasa, kok,” elak Jihyun.

Hyunjin lantas memegang dahi Jihyun. Lantas ia menyentil dahi Jihyun pelan.

“Apanya yang sakit biasa? Kau demam tinggi, tahu. Lagi pula, Bomin juga bilang maag-mu kambuh, aku sudah menduganya sejak awal. Karena itulah aku langsung mengantarmu pulang, aku takut kalau sakitmu akan menjadi lebih buruk lagi seperti saat kau masih di SMP,” omel Hyunjin.

Jihyun meraih tangan Hyunjin dan menggengamnya.

“How could you care to me as much as this, Hyunjin?” tanya Jihyun.

Hyunjin lantas mengenggam erat tangan Jihyun, lalu menatap kedua bola mata Jihyun.

“Is it wrong if I worry about a person that I love, hmm?” ujar Hyunjin lembut.

Jihyun merasa wajahnya memanas, lantas ia memejamkan kedua matanya, tak mau melihat Hyunjin.

“Ji? Kau sudah tidur? Cepat sekali, pantas saja Racha malas main denganmu, kerjamu saja tidur melulu,” cibir Hyunjin.

Ia memperhatikan wajah Jihyun yang–kelihatannya–sedang tertidur.

Hyunjin tersenyum miring. Ia mendekati wajah Jihyun, lantas mengecup bibirnya singkat. Jihyun lantas membulatkan matanya, lalu bangun dari posisi berbaringnya.

“HYUNJIN!”

“O, ternyata Bae Jihyun belum tidur, ya? Kukira benar-benar sudah tidur,” ujar Hyunjin santai.

Jihyun menyentil bibir Hyunjin karena kesal dan malu. Alhasil, Hyunjin mengecup bibir Jihyun sekali lagi.

“Anggap saja itu balasan dari ciuman pipi di ruang kesehatan beberapa hari yang lalu, Ji”

Jihyun sudah tahu kalau ia terciduk, sejak Hyunjin menceritakan mimpinya di ruang kesehatan.

“Ya, tapi itu tidak imbang!” protes Jihyun.

“Tidak imbang atau lebih dari imbang? Sudahlah, siapa tahu kau akan sembuh karena ciuman dariku,” ujar Hyunjin santai dan penuh percaya diri.

Hyunjin mengusap lembut kepala Jihyun.

“Cepatlah sembuh, Ji. Aku tahu kau sangat ingin mengikuti olimpiade itu. Setelah kau sembuh, aku akan mengajakmu menyegarkan pikiranmu sebelum olimpiade nanti,” tutur Hyunjin.

“Maksudmu, di hari terakhir bimbingan?”

Hyunjin mengangguk. “Jangan protes, Ji. Aku tahu persiapanmu sudah matang, jadi lebih baik kau refreshing sejenak. Nanti aku yang akan mintakan izinmu”

Kadang pemuda ini memang seenaknya, tapi dia peduli pada Jihyun. Bukan sekadar peduli, melainkan juga menyayanginya.

Hyunjin mengecup dahi Jihyun, lalu mengusap kepala gadis itu.

“Aku pulang ya, Ji. Cepat sembuh, oke?” pamit Hyunjin sambil tersenyum kepada gadis yang merupakan sahabat kecilnya itu. Pemuda itu melambaikan tangannya.

Jihyun tersenyum singkat dan balas melambaikan tangan kepada Hyunjin.

“Hati-hati, Hyunjin. Jangan mengebut seperti tadi,” ujar Jihyun, dibalas dengan anggukan oleh Hyunjin.

Pintu kamar Jihyun yang tertutup pun terbuka lagi.

“Satu lagi, malam ini jangan sentuh buku-buku keparat itu, Ji. Aku tahu bagaimana bentuk sidik jarimu, jangan coba-coba, oke?” ujar Hyunjin dari balik pintu.

BUK!

Jihyun melempar bantal miliknya ke arah pintu.

“PULANGLAH SANA, HWANG HYUNJIN!”

 

FIN

Jiahahaha, kambek lagi deh, uwu.
Sekalian, aku mau mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa buat author dan readers yang menjalankan, semoga lancar sampai lebaran nanti, mohon maaf lahir dan batin 🙂
Jangan bosan-bosan sama aku dan authors di sini, kita sayang kalian semua uwu ❤